top of page

Asam Urat, Nggak Boleh Makan Sayur?

Seorang eksekutif pria, yang baru saja berlibur untuk merayakan pesta emas pernikahannya, tiba-tiba mengeluh jari kakinya bengkak dan amat nyeri sampai-sampai ia tidak bisa berjalan. Obat anti nyeri, ibuprofen, hanya mampu mengurangi sedikit rasa sakit.

Pria mapan itu hidup dari satu meeting ke meeting yang lain. Demi bisnis, hampir setiap hari ia harus menjamu client-clientnya di resto-resto mewah, dengan hidangan daging nan lezat, plus wine. Di malam hari, sering ia harus bekerja hingga larut malam, dengan ditemani bergelas-gelas kopi untuk membuat matanya tetap terbuka. Olah raga? Mana sempat? Tak ayal, tuntutan pekerjaan yang demikian, membuatnya mengalami kelebihan berat badan, dan hipertensi.

Baru pada liburan ini saja, ia punya waktu untuk bersantai dan berjalan-jalan menikmati pemandangan, jadi harusnya ia bisa sedikit lebih sehat. Tetapi Oops, bulan madu keduanya yang harus dikacaukan oleh kaki yang mendadak tidak kooperatif.

Kata dokter ia terkena asam urat. Ini nama umum yang dikenal awam, tapi agak salah kaprah. Sebenarnya gejala penyakit radang sendi yang ia alami, secara ilmiah disebut gout. Gout tidak selalu bisa dideteksi dengan pemeriksaan asam urat dalam darah. Survei yang dilakukan Kessenich (Journal The Nurse Practicioner 2011) mengungkap bahwa kira-kira 10% pasien yang mengalami gout, memiliki kadar asam urat yang normal dalam darah.

Penyakit gout memang lebih sering menyerang pria. Penyakit ini berkaitan dengan hormone estrogen dalam darah, bertambahnya usia, pola makan serta perubahan gaya hidup. Di Cina misalnya, pada tahun 1980an, gout adalah penyakit yang sangat langka. Namun setelah mereka terimbas gelombang globalisasi, pada tahun 2008, sekitar sebelas juta penduduknya mengalami gout.

Nggak boleh makan sayur?

Gara-gara gout, dan nasehat dari teman, kerabat, dan sumber-sumber informasi popular lainnya, pria tadi menjadi takut makan sayur. Padahal, pada usia beliau, sayur sangat bermanfaat untuk memelihara kesehatan, terutama pembuluh darah dan sayuran cerna.

Kristal asam urat yang menumpuk pada persendian, dan menimbulkan gejala gout ini tidak serta merta berasal dari makanan. Asam urat secara normal diproduksi oleh hati dan usus halus. Bahan bakunya berasal dari purin atau sel-sel tubuh yang telah rusak. Pada manusia normal, sekitar dua pertiga bagian asam urat yang diproduksi hati dan usus ini akan dibuang melalui ginjal. Sisanya lewat saluran cerna.

Kerusakan sel adalah proses normal. Ini pasti terjadi. Sebagai gantinya, tubuh akan menggantikan sel yang rusak dengan sel-sel muda yang sehat. Yang perlu dilakukan adalah memelihara agar kerusakan sel tidak terlalu cepat, dan jumlah sel yang

rusak seimbang dengan pembentukan sel baru. Untuk ini, diperlukan asupan makanan yang cukup vitamin, mineral, protein, serta antioksidan. Selain itu, perlu gaya hidup sehat, cukup istirahat, bahagia, dan tidak terlalu stress.

Dari proses ini bisa dipahami juga, bahwa untuk mencegah penumpukan kristal asam urat pada sendi, maka proses pembuangan asam urat yang terbentuk sangatlah penting. Oleh karena itu, kesehatan ginjal harus dipelihara dengan baik. Banyak minum air putih, mengurangi konsumsi garam, penyedap rasa, pewarna, pengawet, perisa, dan mengurangi racun yang masuk dalam tubuh, misalnya racun dari rokok, obat-obatan, serta pestisida.

Pada saluran cerna, pembuangan asam urat dan sisa metabolisme lainnya akan sangat terbantu dengan mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung serat. Misalnya: sayuran, buah-buahan, biji-bijian, bekatul, dan agar-agar. Membiasakan diri mengkonsumsi makanan kaya serat nabati juga bisa membantu menurunkan berat badan, sehingga beban yang ditanggung oleh persendian tidak terlalu berat. Hal ini akan mengurangi peradangan dan rasa nyeri pada sendi.

Selain memelihara kesehatan tubuh secara umum, hal yang penting juga diperhatikan adalah asupan purin, yaitu bahan baku asam urat. Senyawa purin banyak terdapat pada jeroan, daging, ikan, kacang-kacangan, bir, dan beberapa jenis sayuran misalnya asparagus, spinach (sejenis bayam), bunga kol, dan jamur. Logikanya, semakin banyak purin yang dikonsumsi, semakin tinggi juga resiko terjadinya gout. Oleh sebab itu, bisa dipahami jika beberapa dokter di Indonesia menyarankan agar penderita asam urat tidak mengkonsumsi pecel. Namun demikian, saat ini telah dilakukan berbagai penelitian yang bukan hanya mempelajari komposisi bahan makanan, tetapi juga interaksi antar zat gizi terhadap kesehatan manusia.

Salah satu penemuan penting seputar gout dihasilkan oleh Choi serta rekan-rekannya (New England Journal of Medicine 2004). Mereka melakukan studi epidemiologi pada 49.932, atau hampir 50000 orang. Studi tersebut menunjukkan bahwa konsumsi daging merah setiap hari memang bisa meningkatkan resiko terjadinya gout (21%), sedangkan konsumsi seafood secara rutin hanya meningkatkan resiko sebesar 7%. Dengan kata lain, seafood adalah sumber protein hewani yang lebih aman dibandingkan daging merah. Pada saat yang sama, susu rendah lemak serta produk-produk turunannya tidak meningkatkan resiko gout. Penelitian yang mereka lakukan juga menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara konsumsi sayur-sayuran serta kacang-kacangan yang banyak mengandung purin dengan resiko terjadinya gout.

Kesimpulannya, sayur-sayuran, buah-buahan, dan kacang-kacangan adalah sumber nutrisi yang sangat baik, dan bermanfaat untuk memelihara kesehatan secara umum, termasuk mencegah terjadinya gout. Kita tidak perlu takut mengkonsumsi sayuran karena takut terkena penyakit asam urat. Namun demikian, usahakan untuk mengkonsumsi sayur-sayuran serta buah-buahan yang beraneka ragam, sehingga jika ada satu atau dua senyawa yang berbahaya, maka tidak akan terakumulasi di dalam tubuh. Dan yang paling penting, untuk mencegah gout, makanlah makanan alami dalam jumlah yang cukup, jaga berat badan ideal, cukup istirahat, dan jangan terlalu stress.

Rekomendasi The American Dietetic Association Nutrition Care Manual

1. Perbanyak asupan cairan, terutama dengan minum air putih

2. Jangan mengkonsumsi alcohol

3. Kurangi konsumsi daging

4. Makan protein yang aman dalam jumlah cukup, misalnya susu rendah lemak, tahu, telur dan kacang

Penulis: Daisy Irawan.

Sebagian dari tulisan ini pernah dipublikasikan di majalah U-mag, milik Tempo Media

Seva Saraswati
Other Posts
Follow Me
Search By Tags

Seva Saraswati adalah nama yayasan yang saya dirikan pada tahun 2000, bersama dua orang teman.  Lembaga ini dorman ketika saya menempuh studi lanjut di Australia dan Jerman. Saat ini saya ingin mencoba menghidupkan kembali cita-cita Seva Saraswati.  Semoga laman ini bisa menjadi sarana berbagi informasi mengenai pangan yang sehat, adil, dan ramah lingkungan.  Daisy Irawan, pendiri serta koordinator Seva Saraswati.

 

bottom of page